Tiap Hari, Susu Kental Manis Serap Ribuan Ton Susu Segar Dalam Negeri

Jakarta,Suryanasional.com – Ribuan ton susu segar, sebagai bahan utama dari pembuatan susu kental manis (SKM) serta produk analognya, setiap hari didistribusi puluhan ribu peternak sapi perah dalam negeri. Bahkan, bahan baku susu segar yang diserap melalui koperasi dari berbagai lokasi di pulau Jawa dan daerah di Indonesia itu telah melewati proses quality checking dari koperasi-koperasi susu setempat.

“Jadi, melalui proses cek kualitas, sebelum dipasok dan dikirim ke berbagai industri pengolahan susu untuk diolah menjadi produk susu kental manis,” ingat Dedi Setiadi, Ketua Umum Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI), Rabu (25/7/2018).

Diakui, selama ini peternak sapi lokal memang menggantungkan kehidupan dari besarnya potensi pasar susu di Tanah Air, dengan salah satu produknya susu kental manis. Sebaliknya, produsen susu kental manis juga sangat bergantung pada peternak sapi perah lokal untuk dapat menyediakan susu segar berkualitas baik.

“Untuk dapat memberikan produk terbaik bagi konsumen. Karena, susu kental manis diproduksi dari bahan dasar susu segar yang diserap dari ribuan sapi perah milik para peternak lokal yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia,” urai Dedi.

Menurutnya, hubungan positif antara peternak sapi dan pabrikan susu telah berlangsung lama, bahkan sejak kehadiran SKM tahun 1870an yang perlahan mengurangi pasokan susu segar impor untuk kemudian diproduksi mandiri di Indonesia. Sejak saat itu, perusahaan susu kental manis secara rutin menyerap hasil susu produksi para peternak sapi perah lokal. “Yang secara langsung telah membantu meningkatkan kesejahteraan para peternak sapi perah di Indonesia, termasuk para anggota GKSI yang jumlahnya mencapai 120.000 peternak,” katanya.

Adapun, kapasitas produksi pabrik susu kental manis di dalam negeri saat ini mencapai 812.000 ton per tahun dengan nilai investasi mencapai Rp 5,4 triliun serta total penyerapan tenaga kerja sebanyak 6.652 orang. Sedangkan, keberadaan GKSI tidak hanya bertujuan untuk membantu menyejahterakan para peternak sapi perah binaan melalui berbagai program pembinaan peternak, namun secara jangka panjang, bersama dengan pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan di industri persusuan, untuk bisa berkontribusi dalam memberikan solusi dari tantangan-tantangan yang ada.

“Ini semua untuk menjaga ekosistem bisnis yang tetap positif,” tukas Dedi.

Hal senada disampaikan Aun Gunawan, Ketua Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS). Dia berharap, pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan di industri susu dapat memiliki visi sejalan untuk mengembangkan industri ini yang memiliki potensi sangat besar.

“Tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia masih tergolong rendah, yaitu sebesar 12 liter per orang per tahun, dibandingkan negara-negara lain di ASEAN yang mencapai lebih dari 20 liter per kapita per tahun,” jelas Aun.

Sementara, bahan baku produksi susu sebagian besar masih diimpor. Kini, para peternak sapi lokal tengah berupaya mengejar kebutuhan bahan baku susu segar untuk industri susu dalam negeri tersebut. “Hal ini juga seharusnya sudah sejalan dengan target pemerintah untuk mencapai swasembada susu,” ungkapnya.

Kehadiran berbagai macam isu dalam pasar susu dapat menjadikan polemik dan semakin memberatkan semua pihak di industri, terlebih lagi akan berpengaruh pada pendapatan peternak sapi perah. Potensi investor dalam membuka peluang membangun pabrik pengolahan susu atau peternakan susu akhirnya enggan berinvestasi “Jika harus berhadapan dengan kondisi-kondisi seperti ini,” lanjut Aun.

Di bagian hulu mata rantai industri susu ini, bersama koperasi, para Industri Pengolahan Susu melakukan berbagai macam program kemitraaan, baik secara infrastruktur maupun pembinaan edukasi untuk para peternak sapi perah. Tujuannya, agar dapat menghasilkan kualitas susu segar yang prima.

“Baik dari Frisian Flag Indonesia, Nestle maupun Indolakto, telah melakukan berbagai macam program kemitraan dengan para peternak sapi perah lokal, mulai dari program penyuluhan, pemberian edukasi, fasilitas dan pelatihan langsung,” papar Aun.

Sementara, Corporate Affairs Director, PT Frisian Flag Indonesia (FFI) Andrew F. Saputro menuturkan, selama ini pihaknya telah bekerja sama dengan peternak sapi lokal untuk memasok bahan baku bagi perusahaan sejak lama. Berkembangnya industri susu sudah tentu akan meningkatkan kebutuhan bahan baku susu segar. “Setiap harinya kami menerima ratusan ton susu segar dari peternak sapi perah di berbagai area di pulau Jawa,” kata Andrew.

Sebagai bagian dari FrieslandCampina yang juga adalah sebuah koperasi, kata Andrew, sudah menjadi komitmen utama untuk melakukan program kemitraan dengan para peternak sapi perah lokal, agar susu segar yang dihasilkan berkualitas dan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan peternak serta dapat diolah menjadi produk-produk susu berkualitas.

“Frisian Flag akan terus hadir untuk mendukung pemenuhan gizi keluarga Indonesia melalui produk-produk yang telah memenuhi standar pengolahan tinggi dan berpaku pada regulasi yang berlaku di BPOM, SNI maupun Codex, salah satunya seperti Susu Kental Manis Frisian Flag,” ingatnya.

Sekadar tahu, Kementerian Perindustrian sendiri telah menetapkan industri pengolahan susu sebagai salah satu industri prioritas. Selama ini, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, Indonesia masih mengimpor susu sebesar 2,6 juta ton per tahun. Pemerintah telah membuat roadmap pengembangan kluster industri pengolahan susu yang melibatkan peran dari semua pemangku kepentingan usaha persusuan. Roadmap itu ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perindustrian No 122/M-IND/PER/10/2009. (Budi R/MS)