Kapusjarah TNI Pimpin Rapat Evaluasi Pembuatan Film Timur

Editor:Tri Karyono|Reporter:Budi Raharto

Suryanasional.com|Jakarta,-Kepala Pusat Sejarah TNI (Kapusjarah TNI) Brigjen TNI Prantara Santosa, S.Sos. M.Si. M.Tr. (Han) saat membuka Rapat Evaluasi pembuatan film The East di kantor Pusjarah TNI, Jalan Jenderal Gatot Subroto No 16, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (16/5/2019).

Dalam kesempatan tersebut Kapusjarah TNI menyampaikan tujuan Rapat pembuatan film Timur adalah untuk memastikan film tersebut. Timur telah sesuai dengan sejarah perang penyelamatan RI pada kurun waktu tahun 1946 – 1949.

Pusjarah TNI telah melaksanakan supervisi dan pendampingan terkait dengan skenario dan sejarah yang terjadi pada masa perang kemerdekaan, selama proses pembuatan Film The East di Indonesia. Pendampingan ini penting karena berkaitan dengan marwah dan kedaulatan bangsa Indonesia sebagai bangsa pejuang kemerdekaan, tegas Kapusjarah TNI.

Film yang diambil di lokasi lokasi syuting di Indonesia, diambil dari Yogyakarta, Semarang, Magelang, Pacitan dan Bandung. Selanjutnya dilakukan tanya jawab dan diskusi dengan sumber nara film Timur, Ibu Shanty Harmain selaku co-produser dari Rumah Produksi Salto Film Indonesia. Lebih lanjut Tentang saya sampaikan tentang skenario yang telah sesuai dengan peristiwa sejarah perjuangan mempertahankan Indonesia, film The East merupakan film drama perang yang ditujukan untuk konsumsi masyarakat Belanda dan Eropa pada umumnya.

Film The East menyajikan gejolak psikologis tokoh Johan seorang perwira muda tentara Belanda yang dikirim ke daerah misi di Indonesia. Dalam menjalankan tugasnya, Johan mendapat bimbingan dari tokoh perang yang bernama Orang Turki atau lebih dikenal dengan nama Westerling. Johan setuju bahwa mentoring dari The Turk terhadap dirinya lebih percaya tentang tugasnya berjuang di Indonesia yang bertentangan dengan prinsip-prinsip pertolongan, demikian Shanty Harmain menjelaskan sedikit tentang faktor-faktor yang mendukung fim perang Timur ini. Keputusan politik pemerintah Belanda untuk mengembalikan kembali ke Indonesia adalah keputusan yang keliru dan telah menyebabkan pemilihan korban, pungkas Shanty Harmain.

Rapat evaluasi pembuatan film Timur dihadiri oleh Wakapusjarah TNI, seluruh pejabat Kepala Bidang Pusjarah TNI, perwira staf Sintel TNI, Puspen TNI dan staf dari Rumah Produksi Salto Film Indonesia.