LSM Gemuruh dan Seminari Foundation Ajak Pemuda Memupuk Wawasan Kebangsaan dengan Gerakan Menanam

Bojonegoro, Suryanasional.com – Dalam rangka memupuk wawasan kebangsaan kepada generasi muda, LSM Gemuruh dan Seminari Foundation menggelar diskusi publik tentang implementasi gerakan menanam sebagai upaya menjaga keseimbangan alam.

Diskusi publik dilakukan di Graha Kabel Wakid (GKW) Desa Sukorejo, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro, Kamis (3/12/2020).

LSM Gemuruh dan Seminari Foundation menyadari betapa pentingnya menjadikan gerakan menanam sebagai budaya di tengah masyarakat. Untuk itu, dibutuhkan sinergitas semua pihak, tak terkecuali lingkup pemerintah.

Berawal dari keresahan itulah, LSM Gemuruh dan Seminari Foundation menginisiasi sebuah wadah kreasi bernama Kabel Wakid (Kandang Belajar Wali Kidangan).

Kabel Wakid adalah akumulasi dari sebuah cita-cita besar dalam upayanya memberikan ruang kepada generasi muda agar lebih penetratif dalam berakselerasi.

“Diskusi publik ini diharapkan bisa menjadi embrio dari sebuah wadah bernama Kabel Wakid ini dalam menampung dan mengeksplorasi ide-ide. Selain pastinya menjadikan Kabel Wakid sebagai gudangnya para pegiat yang akan terus dan terus berupaya memberikan dampak manfaat bagi sesama,” kata Haryono, Direktur Seminari Foundation.

Sejumlah pejabat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro menjadi pembicara dalan diskusi ini, di antaranya Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Bojonegoro, Mahmudi, S.Sos., MM. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang dihadiri Ahmad Sholeh Fatoni. Hadir pula pihak dari Kantor Kecamatan Malo.

Mahmudi, S.Sos., MM, Kepala Bakesbangpol Bojonegoro dalam diskusi tersebut menyampakan bahwa gerakan menanam merupakan wujud rasa bangga kita sebagai warga negara. Diskusi publik ini bisa menggugah kesadaran berfikir masyarakat, terutama generasi muda.

“Gerakan menanam adalah bagian dari tanggung jawab kita dalam menjaga rasa bangga kita sebagai warga negara. Tentunya saya sangat mengapresiasi apa yang dilakukan LSM Gemuruh dan Seminari Foundation ini,” kata Mahmudi.

Sementara itu, perwakilan dari DLH Kabupaten Bojonegoro, Ahmad Sholeh Fatoni menyampaikan, Kegiatan ini bisa menjadi contoh bagi lembaga lain dalam kontribusinya dalam memberikan aspek manfaat terhadap alam maupun sesama.

“Kegiatan ini sangat kreatif. Tentunya bisa menjadi contoh bagi lembaga lain dalam melakukan kontribusinya terhadap lingkungan maupun sesama,” kata Fatoni.

Seperti pengembangan bibit Bougenville, menurutnya hal itu sebuah langkah besar dan merupakan sesuatu yang sangat luar biasa.”Jarang sekali ada lembaga yang memilih tanaman bougenville sebagai jargon besarnya,” imbuh Fatoni.

Begitupula diskusi publik dengan tema seperti ini, menurutnya masih sedikit lembaga yang menginisiasi tema-tema seperti ini.

“Kami akan terus mendukung kegiatan-kegiatan positip seperti ini. Semoga diskusi ini ke depan bisa menjadi agenda rutin dengan tema-tema universal yang sedang hangat di masyarakat,” kata Fatoni.

Sementara Sekretaris Kecamatan (Sekcam) Malo, Drs. Abrianto mengatakan bahwa kegiatan seperti gerakan menanam memang harus mendapatkan perhatian khusus.

“Ini adalah sebuah tema dan masukan yang positip. Segera akan kami tindak lanjuti dengan cara mengawal kegiatan ini. Terutama dalam aspek komponen pengalokasian ke dana desa. Diupayakan untuk memasukan pengadaan bibit tanaman khususnya bougenville,” katanya

Dia menambahkan, mewakili Bapak Camat, pihaknya sangat mengapresiasi diskusi ini. Dia berharap agar diskusi ini dilanjutkan ke dalam implementasi nyata.

“Dalam hal ini kita harus bergandengan tangan. Potensi alam Kecamatan Malo yang besar ini harus tergarap dengan baik dan menjadikan Malo sebagai ikon Bougenville dunia,” terangnya.

Manajer Kabel Wakid, Ulfi Murtafi’atin menyampaikan bahwa Kabel Wakid adalah sebuah upaya dalam memberikan ruang kepada generasi muda dalam memperkaya khazanah pengetahuan

“Tujuan Kabel Wakid ini diantaranya mendorong peran generasi muda dalam melakukan berbagai kegiatan dan kesempatan,” kata Ulfi Murtafi’atin

Dia berharap agar gerakan menanam ini nantinya bisa menjadi budaya di masyarakat. Untuk itu, harus ada intervensi dari pemerintah dengan merealisasikannya menjadi sebuah kebijakan.

“Pengadaan bibit sampai penanamannya harus tertampung dalam sirkulasi anggaran Dana Desa. Karena menurut saya, jika tidak ada intervensi dari pemerintah, maka upaya yang kita galakkan tidak akan berdampak masif,” kata Ulfi.

Aktivis perempuan yang mempunya daya eksplorer tinggi ini berjanji akan terus menggelorakan gerakan menanam ini sampai kapanpun.

Dalam kesempatan ini, Ketua LSM Gemuruh, Suryanto mengucapkan terima kasih atas apresiasi dan motivasi dari berbagai pihak terhadap kegiatan ini.

“Tentunya motivasi ini bisa menjadi asa kita untuk terus menggelorakan gerakan menanam ini. Terutama dalam menjaga semangat kaum muda bahwa keberadaanya dibutuhkan di wilayah perubahan dan pembaharuan,” kata Lek Sur, panggilan akrab Suryanto.(Tim Kabel Wakid/red).