New Normal atau Resesi Ekonomi?

Pandemi Covid-19 sampai saat ini belum terlihat titik akhirnya. Kondisi ini telah menciptakan banyak kerugian baik personal, nasional, maupun internasional. Dengan banyaknya hal buruk dan kerugian yang dialami, hal ini memaksa pemerintah untuk bermanuver secara agresif demi menyelamatkan negara. Dalam bermanuver, setidaknya ada dua pilihan sektor yang penting yaitu ekonomi dan kesehatan.

Setelah melewati proses yang panjang, akhirnya pemerintah ingin menyelamatkan kondisi ekonomi di Indonesia dengan cara meluncurkan kebijakan berdamai dengan Covid-19 atau biasa disebut sebagai new normal. Lantas, apakah hal itu efektif atau hanya mengalihkan masalah pada sektor yang lain?

Mengutamakan ekonomi ini jelas ada dampak negatifnya yaitu kasus Covid-19 yang terus meningkat. Bahkan saat ini Indonesia telah mendahului China dalam jumlah kasus Covid-19 dan masuk ke dalam 10 besar sebagai negara dengan jumlah kasus Covid-19 terbanyak.

Meskipun dalam dilema yang cukup berat, pemerintah mengutamakan sektor ekonomi sebenarnya tidak salah. Tidak ada pilihan lain karena mau tidak mau, pemerintah harus menyelamatkan salah satu dari dua sektor tersebut. Sangat tidak mungkin untuk menyelamatkan kedua sektor tersebut secara bersamaan karena kondisi sangat mustahil untuk dapat menyelamatkan dua sektor sekaligus yaitu sektor ekonomi dan kesehatan.

Pemerintah tidak salah, karena jika kita berkaca pada negara tetangga dan negara yang lebih maju daripada Indonesia, mereka saat ini sedang mengalami resesi pada perekonomiannya. Contohnya negara sekelas Singapura, yang saat ini juga sedang mengalami penurunan ekonomi. Tercatat Singapura mengalami kontraksi sebesar 41,2% dalam bidang investasi dan 4-7% dalam bidang perdagangan dan industri. Jika negara semakmur dan sekaya singapura saja bisa tumbang perekonomiannya karena pandemi ini. Lantas bagaimana dengan Indonesia yang statusnya masih sebagai negara berkembang?

Jika tidak cepat mengambil keputusan perbaikan ekonomi, pada akhirnya Indonesia juga akan mengalami resesi ekonomi, bahkan bisa lebih parah dibandingkan dengan Singapura. Selain itu, Menteri Keuangan Indonesia telah memprediksikan bahwa pada triwulan II-2020, ekonomi Indonesia diproyeksikan akan minus antara 5,08% sampai 3,54%.

Oleh karena itu, pemerintah mengambil keputusan untuk menyelamatkan perekonomian dengan meluncurkan kebijkan new normal tidaklah salah. Hanya saja mungkin saat ini pemerintah perlu fokus dalam menyiapkan new normal secara maksimal agar new normal di Indonesia bisa berjalan dengan lancar dan dapat menekan jumlah korban Covid-19.

Manfaat Sektor Kesehatan

Mari berpikir apa yang akan terjadi jika pemerintah memilih untuk fokus dalam sektor kesehatan saja dan tidak memperhatikan sektor ekonomi. Jika pemerintah memilih sektor kesehatan, pemerintah akan mengorbankan perekonomian negara ini. Namun, jika pemerintah memilih sektor kesehatan, mungkin saat ini negara Indonesia masih dalam kondisi pembatasan sosial bersekala besar atau PSBB.

Oleh karena itu, ekonomi Indoensia akan hancur dan semakin banyak pegawai yang di PHK dan akan lebih banyak lagi bisnis dan perusahaan yang tutup di Indonesia. Jadi, apa manfaatnya? Jika berkaca dari semua kejadian bisa disimpulkan bahwa tidak ada manfaatnya, jika memilih terlalu fokus dalam sektor kesehatan. Berdasarkan kebijakan pemerintah, PSBB di Indonesia di berlakukan secara efektif dari bulan maret hingga akhir juni.

Namun, jika kita melihat grafik data statistik yang disediakan Badan Statistika Indonesia di Internet, pada bulan Maret hingga akhir Juni, kasus Covid-19 di Indonesia tidak kunjung turun dan terus menunjukan tren naik. Jadi, bisa disimpulkan bahwa memilih fokus dalam sektor kesehatan akan membuat Indonesia lebih terpuruk lagi kondisinya. Ekonominya hancur dan korban covid-19 semakin banyak.

Optimalisasi Ekonomi Indonesia

Jika ingin memaksimalkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini, pemerintah harus mampu menggunakan dana anggaran negara dengan bijak dan efektif. Selain itu, pemerintah juga harus mampu produktif dan mengurangi aktifitas impor. Selain peran pemerintah, seluruh lapisan masyarakat juga harus mampu bekerja sama secara produktif dan sinergi untuk memperbaiki perekonomian di tengah pandemi Covid-19. Masyarakat juga harus mulai disiplin dan patuh dengan protokol kesehatan agar kasus corona dapat sedikit demi sedikit berkurang di Indonesia.

Saat ini adalah waktu yang tepat bagi pemerintah untuk produktif bersama rakyat dengan cara mendorong dan memperkuat pertumbuhan brand lokal dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Untungnya pemerintah saat ini telah menyadari pentingnya UMKM untuk kebangkitan ekonomi Indonesia dan mendukung penuh melalui salah satu program yang bernama kredit usaha rakyat, tanpa jaminan. Meskipun hal ini terlihat seperti percikan air di tengah samudra, namun jika dilakukan secara konsisten dan terus didukung penuh oleh pemerintah, maka percikan yang semula kecil itu akan menjadi sebuah gelombang yang besar di tengah samudra yang dapat mengubah segalanya.

Sejatinya, suatu negara yang memiliki ekonomi yang lemah itu sama seperti seekor buaya yang hidup tanpa gigi yang runcing. Dia besar dan terlihat ganas, tetapi tidak berdaya. Cukup sekali saja krisis ekonomi terjadi di Indonesia. Biarkan kejadian di tahun 1998 itu sebagai pembelajaran dan sejarah bagi kita semua, khusunya bangsa Indonesia.

Saat ini kita hanya perlu fokus dengan apa yang sedang kita hadapi dan menyelamatkan perekonomian negara ini. Apabila negara diilustrasikan menjadi sebuah badan manusia, maka ekonomi adalah bagian kaki yang akan menggerakan badan dan seluruh organ. Jadi, seluruh sel dan otot yaitu pemerintah dan masyarakat harus mampu bekerja sama untuk dapat menggerakan roda ekonomi Kembali.(*)

 

By. Igarca Bomen
Sampoerna University / University of Arizona USA (Dual Degree Program)
Jl. Kapten Sumitro No. 04 Ledok Kulon – Bojonegoro