Natasha Pertanyakan Perbedaan Data Ihwal Stunting Dinkes Jatim dan Dinkes Kabupaten Bojonegoro

Bojonegoro, Suryanasiomal.com- Menurut data Dinas Kesehatan Jawa Timur, angka balita stunting di Kabupaten Bojonegoro termasuk kategori tinggi, yakni mencapai lebih dari 20%. Akibatnya Bojonegoro menjadi Lokus stunting.

Balita stunting merupakan balita yang gagal berkembang fisik dan otaknya gara-gara kekurangan gizi dan salah pola asuh.

Anggota Komisi C DPRD Bojonegoro, Natasha Devianti mengatakan hal itu dalam seminar Diseminasi Hasil Penelitian Model Penanggulangan Stunting dì Kabupaten Bojonegoro yang dilaksanakan oleh Fatayat yang bekerjasama dengan ExxonMobil Cepu, Senin (31/5/2021).

Sasa panggilan akrab Natasha Devianti menjelaskan bahwa Komisi C sangat fokus terhadap masalah kesehatan masyarakat, termasuk di antaranya isu stunting.

“Kami mengapresiasi EMCL dan Fatayat karena telah melakukan audiensi kepada komisi C sejak sebelum melakukan penelitian dan ketika penelitian ini menghasilkan rekomendasinya,” kata Sasa.

Namun dia berharap agar diskusi ini tidak hanya menjadi wacana, seremonial, dan berhenti pada tataran konsep. Dibutuhkan aksi dan bukan hanya sekedar diskusi. Meskipun adakalanya solusi dapat muncul dari sebuah diskusi yang efektif.

“Soal stunting, saya concern soal data. Saya dengar dari kolega saya di Provinsi, bahwa Kabupaten Bojonegoro masuk Lokus Stunting. Sementara di sini saya lihat jumlah stunting rendah. Mana yang bener?” tanya Sasa.

Menurutnya, stunting harus dituntaskan dari hulu ke hilir. Mulai dari birokrasi PKK yang berkait dengan OPD – OPD yang ada di Pemkab, soal pendanaan posyandu, dan program Pemerintah yang efektif dan efisien tepat sasaran dalam meningkatkan kualitas pelayanan posyandu.

Dikatakan Sasa, Pemkab Bojonegoro seharusnya lebih terbuka dengan semua elemen dalam menangani stunting ini.

“Ayolah kita bareng-bareng, kerja bersama. Kalau memang ada ketidakcocokan data, ayo kita perbaiki sama-sama,” kata Sasa.

Sebagai ibu seorang balita, sebagai perempuan, sebagai anak muda, Sasa ingin mengajak semua ibu-ibu, perempuan muda, dan anak muda kabupaten Bojonegoro untuk menyadari betapa diperlukannya memiliki pemahaman tentang pentingnya masalah kesehatan ibu dan balita ini.

“Sebagai wakil rakyat di DPRD Bojonegoro, saya berkomitmen akan terus menyuarakan isu kesehetan ini, terutama persoalan stunting yang cukup mengkhawatirkan di Kabupaten Bojonegoro,” terang Saaa.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro yang diwakili oleh Kabid Kesmas, Dr Lucky lmroah mengatakan bahwa perbedaan data kabupaten dengan provinsi saat ini sedang ada sinkronisasi. Lebih lanjut Dinkes Bojonegoro sudah melalukan berbagai upaya dan cara dalam menanggulangi stunting.

“Kita sedang berusaha melakukan yang terbaik,” kata lucky.

Seminar yang diinisiasi EMCL tersebut dihadiri diantaranya Kepala Dinas Kesehatan, Dinas P3KAB, Pemerintah Kecamatan Kota Bojonegoro, Pemerintah Kecamatan Kedung Adem, para kader posyandu dari 8 desa di Kecamatan Kota dan Kedung Adem.(Lex/HMS).